"Hai, lilith.." Sapa Kultana sedikiti tidak senang.
"Kenapa kamu kemari, apa ada masalah dengan para "Kingkara"
Lilith hanya menggeleng manja dan kembali
tersenyum. " Tidak ada, ketuanya disini" sambungnya kekanak-kanakan
Gadis manis dan lucu itu bernama Lilith. Dia
adalah anak kesayangan Azrael sekaligus kepala divisi penyiksaan di dunia bawah,
jangan tertipu dengan tampilan tak bersalahnya. Lilith adalah gadis kecil
paling kejam yang pernah diciptakan tuhan. Sebagai penjaga neraka dirinyalah
yang berwenang untuk melegalkan segala jenis penyiksaan yang akan dilakukan
oleh para pesuruhnya "Kingkara".
Walaupun berwujud anak 10 tahun, Lilith adalah dewa yang sudah ada sebelum
dunia ini diciptakan sehingga jika ada yang berani melawannya akan berakhir di
neraka kecilnya dan jangan tanya apa yang akan dilakukannya untuk menghukum
para pembelot. Semua orang di neraka takut padanya termasuk Kultana sehingga
menjauhi kontak dengan Lilith adalah cara terbaik untuk menjauhi masalah.
" Baguslah..anak manis, aku pergi dulu"
Kultana mengelus lembut kepala Lilith dan pergi
menjauh dari hadapan seorang Lilith tapi terlambat, Lilith sudah terlanjur
mengunci bayangannya terlebih dahulu.
Lilith
tersenyum manis. "Mau kemana, kakak...ayo, kita main" dengan senyum
memelas Lilith mengajak tetapi Kultana tidak menghiraukan ajakan Lilith, dia
sedang sibuk melepaskan belenggu di kakinya agar segera menjauh dari hadapan
Lilith.
Lilith terus menahan langkah kaki “kakak”
tersayangya yang kali sedang merangkak di tanah sambil mencari cari pijakan
yang cukup kuat untuk menarik bayangannya pergi dari hadapan Lilith. Takut Kultana
keburu kabur dari belenggu bayangannya, Lilith mengajak Kultana ke dunianya.
Sebuah dunia yang tentunya tidak akan anda bayangkan jika mati nanti.
Dunia yang tadinya terang benderang dan menyenangkan
dengan tawa ceria anak-anak di taman kini berubah menjadi dunia yang penuh
dengan lolongan kesakitan dari para pendosa, tempat yang indah tadi beubah
menjadi dunia bawah tepatnya ruang kerja Lilith dalam sekejap. Ruangan besar
dengan gaya gothic dan tengkorak manungsa
sebagai pajangan dimana mana. Ruangan besar yang di dominasi dengan batu pualam berwarna hitam
itu dikelilingi oleh jendela besar tanpa kaca sehinggga memuaskan mata anda
untuk memandang keluar. Soal pemandangan apa yang terpajang diluar, tentunya
pemandangan neraka yang dipenuhi oleh jiwa-jiwa pendosa yang disiksa sedemikian
rupa untu membayar segala kesalahan dan dosa mereka semasa hidup. Para pendosa
itu di tepatkan ke sbuah loker dan setiap lokernya, para Kingkara terus menerus menghujani mereka dengan cambukan maupun
siraman air timah yang sangat panas. Tiada suara burung maupun angin berhembus
disana layaknya suara alam di pagi hari. Yang akan anda temui hanyalah lolongan
upatan dan minta tolong untuk disudahi dari penderitaan itu.
Tidak ada hal yang cukup indah dibanggakan di neraka kecil milik
Lilith. Aliran sungainya dicemari oleh bau busuk yang berasal dari kedengkian
dan keegoisan manusia. Jauh diujung
sungai itu ada sebuah pintu besar yang dijaga oleh para Kingkara berukuran raksasa berwajah mengerikan. Kata Lilith semakin
jelek wajah Kingkara di sana semakin
banyak pula kebencian dan pembunuhan saudaranya sendiri di dunia tengah.
Sedangkan sepanjang aliran sungai yang umumnya dipenuhi oleh pepohonan namun untuk
neraka kecil milik Lilith, banyak orang yang dimandikan disana oleh para para Kingkara lainnya. Disitulah tempat
seorang the death diberikan identitas
baru. Lilith pernah bercerita di sungai ituu, para calon the death dimandikan
disana untuk melunturkan semua sifat kemanusiaan mereka. Jika anda bertanya
sesuatu yang paling indah di neraka kecil milik Lilith mungkin bulan lah
jawabannya. Satu-satunya hal yang cukup indah di sana adalah pemandangan bulan
merah ditemani dengan awan kelabu kemerahan yang terpampang di langit neraka
itu.
"Manis, kenapa kita kesini?" Tanya Kultana tapi Lilith hanya
sibuk memeluk dan mengelus manja boneka kelincinya. Dia hanya mengayunkan
telunjuknya ke arah jendela mengisyaratkan Kultana untuk melihat pemandangan di
luar.
" Gimanaa pemandangan di luar?" Tanya lilith tanpa memalingkan
wajahnya dari mainannya itu.
Kultana hanya terdiam nggak bisa berkata apa-apa.
Yang ada disana hanya
lolongan kesakitan para manungsa yang
sedang di hukum oleh kawanan Kingkara. Api besar membakar seluruh tubuh para pendosa itu sebagai balasan dari apa yang mereka lakukan selama hidup di dunia. Para Kingkara memang terkenal sebagai raksasa penyiksa yang tidak tahu belas asih
jika bertemu dengan para manungsa terlebih bagi mereka yang sudah melakukan terlalu banyak melakukan dosa dalam hidupnya. Sudah ratusan kali Kultana
kemari, namun tetap saja rasa takut dan ngeri menyergapi tubuhnya. Tulang-tulangnya bergetar
saat melihat satu persatu jīva yang
disiksa dengan kejamnya di neraka
kecil Lilith. Namun sebagai Yamadipati dia hanya
bisa menyembunyikan kengeriannya dalam hati agar tidak tercium oleh Lilith.
Lilith sangat senang dengan aura ketakutan, dengan ketakutan dirinya mendapatkan
kekuatan besar sehingga dengan leluasa mempermainkan manungsa bahkan seorang dewa kematian sekalipun.
“
seperti biasa” Jawab Kultana datar. Dia lebih memilih mengalihkan pandangannya
ketempat lain daripada menyaksikan jiwa-jiwa pendosa itu
disiksa.
“takut?!?”
tanya Lilith lagi, kali ini dia sedang bosan mempermainkan boneka kelinci
putihnya. Sambil melompat lompat kecil, Lilith mendekati Kultana yang duduk di
pinggir jendela memperhatikan sebuah loker penyiksaan kosong.
“sekarang??ya
enggak lah..” jawab Kultana “ kejadian itu sudah ratusan tahun lalu, mana
mungkin sampai sekarang masih takut sama yang begituan..ha—ha—ha ..” sambungnya
dengan tawa terpaksa keluar dari mulutnya saat Lilith menanyakan bagaimana
rasanya di siksa oleh para Kingkara
dengan sedemikian rupa.
“kakak
liat loker yang kosong itu? Inget nggak , disitu pertama kali aku ketemu kakak
loh” kata Lilith dengan girangnya sambil menunjuk loker penyiksaan kosong yang
diperhatikan Kultana dari tadi.
Kultana mendadak jadi kecut saat mengingat
kejadian ratusan tahun lalu. Saat dia mati, seorang Yamadipati langsung menceburkan dirinya ke loker penyiksaan Lilith
tanpa menimbang Book of Sin-nya apakah dia masuk ke khayangan atau tidak. Saat
sampai di loker penyiksaan, tanpa
perlu basa basi, Kultana menjadi santapan yang
paling menyenangkan bagi para Kingkara.
Selama 3 bulan Kultana diikat pada loker kosong itu tanpa ada kesempatan
menghela nafas. Dia terus menerus disiksa dengan kejamnya
disana, air matanya berhenti mengalir yang ada hanya lolongan kesakitan dan
minta tolong terlontar dari mulutnya. Entah sudah berapa ratus cambukan dan
siraman air timah panas serta
terpaan obor yang mendarat ke
tubuhnya, cambukan itu melunturkan keimanan dan setiap tetes siraman air timah itu mengikis kewarasannya. Saat itu Kultana terus saja mengoceh seperti
orang gila yang kehilangan segala harta benda. Semakin dia berceloteh tak
keruan semakin bertubi tubi pula para Kingkara menyiksanya.
Tepat di hari ke 90, seorang Lilith datang dan langsung tertarik dengan ketidak warasan Kultana. Kultana
yang tadinya lelaki beriman teguh berubah menjadi jiwa yang tidak tau mana yang
baik dan benar. Tidak tahu mana yang atas dan yang bawah. Yang dia tahu semakin
dia berceloteh menghina para Kingkara
semakin banyak dirinya dihujani dengan siksaan yang
bertubi tubi dan Kultana mendapatkan kesenangannya disana.
“hei,
kak..dimana imanmu? Aku ingin dengar..” tanya Lilith saat itu dengan tatapan
memanjanya” mereka bilang setiap disiksa kakak selalu mengucapkan pujian pada
Tuhan, sekarang dimana pujian itu? Sambungnya lagi.
“Tuhan
sudah meninggalkanku disini..” jawab Kultana dengan tatapan gilanya.
“kenapa
demikian” tanya Lilith lagi,
“karena
aku kurang beriman padanya, setiap kali aku disiksa disini, aku mencoba
mengetuk pintu khayangannya dengan pujianku...tapi sepertinya pintu tuhan sudah
tertutup untuk ku....aku..aku...jadi gila disini...SENDIRI...SIKSAAN..CAMBUKAN
MELUNTURKAN IMANKU..HAHAHAHAHA” sambung Kultana
dengan tawaan gilanya lagi. Dia kembali mengupat tidak jelas dan menjelekan
para Kingkara.
“mau
mengetuk pintu khayangan sekali lagi?” Lilith menawarkankan sebuah penawaran
yang pada akhirnya membawa Kultana pada posisinya pada saat ini. Lilith lah
yang membawanya dari lubang neraka yang menyeramkan itu dan dijadikan sebagai Yamadipati yang paling disegani seantaro
neraka.
“
ingat bagaimana pedihnya disiksa disana tidak?” tanya Lilith memecah lamunan Kultana
tentang masa lalunya dalam penyiksaan Kingkara
yang keji.” Mau mencobanya lagi? “ sambungnya dengan nada yang menakutkan. Mata
merahnya kembali berubah menjadi hitam kelam sekelam malam dan memandangi Kultana
dalam-dalam. Setelah mendengarkan
ancaman dari Lilith dirinya langsung tahu alasannya dibawa ke ruangan Lilith
dan diminta untuk memperhatikan lokernya terdahulu.
“Amonn...dia...”
Kultana mencoba menegaskan alasannya Lilith mengajaknya ke ruangan yang paling
menyeramkan di neraka. Sebelum Kultana menyelesaikan ucapannya Lilith sudah
mengagguk tanda setuju dengan alasan yang akan dilontarkan oleh Kultana.
“dia
datang kemari membawa seorang lelaki yang belum waktunya mati...” tegas Lilith
sambil dudu manis di kursinya.” Apa itu perbuatan kakak” sambungnya
No comments:
Post a Comment