Friday, 28 February 2014

DUNIA YANG HANYA TUHAN TAU:DUNIA(PART 3)



Di tempat lain Kultana sedang berjalan jalan ke tengah kota dengan setelan layaknya manungsa biasa. Kali ini dia sedang menikmati hari liburnya menjadi Yamadipati. jika kalian bertanya bahwa dirinya bisa dilihat orang tau tidak tentu saja jawabannya tidak. Di dunia manungsa, Yamadipati hanyalah jīva yang gentayangan walaupun dalam kasus Kultana, dia  tetap menganggap bahwa dirinya masih hidup selayaknya manungsa biasa. Bagi “manusia”—manungsa—dirinya hanyalah udara yang biasa mereka hirup ataupun angin semilir yang melalui wajah mereka. Selama 200 tahun dia berkeliling dunia sebagai jīva hanya untuk memenuhi kerinduannya sebagai manungsa. Seperti yang dia lakukan saat ini. Saat ini dia sedang berjalan jalan ditengah kota yang sedang ramai dengan pasangan muda-mudi sedang memadu kasih di hari valentain. Hari ini, hari kasih sayangnya para manungsa. Hari yag cukup aneh untuk ditetapkan sebagai hari valentain. Di kota itu, valentain dirayakan dua kali bulan februari dan bulan Juli. Untuk bulan juli, hari kasih sayang yang dirayakan oleh mereka lebih condong kearah nafsu belaka bukan cinta. Bagi mereka berciuman di bawah menara,ditengah teriknya bulan juli akan menyejukan hari yang panas. Sebuah alasan yang epik untuk melakukan kegiatan tidak senonoh.
saat ini Kultana sedang berada di suatu kota yang para manungsa sebut sebagai kota cinta. Dia berdiri ditengah lautan para pecinta yang sedang memadu kasih. Karena seabutannya kota cinta jadi tidak heran banyak pasangan baik muda maupun tua sedang bermesraan menikmati bangunan berkaki empat dan tinggi menjulang ke pencakar langit ini. Suatu tempat yang hampir semua orang bercumbu mesra dengan pasangan masing masing kecuali seorang dewa kematian seperti dirinya. Tanpa rasa ragu kaki Kultana terus melangkah dan menyusuri taman cinta tersebut dengan tatapan lurus karena menurutnya pemandangan para pasangan pecinta yang sedang memadu kasih adalah hal yang memuakan baginya. Kalau tidak untuk mengenang seseorang yang menjadi “will”-nya dia tidak mungkin melangkahkan kakinya ke kota cinta tersebut.
Bersama “will”-nya, tempat ini pernah menjadi saksi bisu pertemuan mereka. Masih segar dalam ingatan Kultana senyuman indah gadis itu dibawah menara. Senyuman lembut dengan bunga mawar digenggamannya terasa sangat manis untuknya. Kultana masih ingat bagaimana angin menghembuskan rambut hitam indah gadis itu. Kenangan itulah yang ingin dikejar oleh Kultana selama ini. Sambil mengenang saat dia bertemu dengan “will”-nya, Kultana melangkahkan kaki panjangnya kesebuah kafe di pinggir jalan kecil tempat dia dan “will”-nya berkencan untuk pertama kali.
“Jossete...” gumamnya manis saat memori  menampilkan sosok manis Jossete, sosok yang dia idamkan untuk bertemu setelah hampir 200 tahun ini. Bayangan Jossete seperti sedang memanggilnya sama seperti pertama kali pertemuan kencan mereka disana. Bayangan Jossete sedang terduduk manis di salah satu kursi dan sedang tersenyum padanya. Kultana tersenyum bahagia sekaligus pilu. Walaupun dia tau itu hanyalah ilusi tetap saja bayangan itu membuainya dan membuatnya ingin meraih tubuh Jossete dari kejauhan. terbuay dengan kenangan indah bersama Jossete, langkah kaki Kultana semakin cepat. Dia tidak mau melewatkan kesempatan untuk menangkap bayangan  Jossete saat itu.
 Namun Langkah kakinya yang semula tak berirama terhenti pada sebuah goncangan kecil di daerah semak-semak dan menarik perhatiannya. Seketika saja bayangan indah tentAng Jossete buyar dari ingatannya saat semak-semak tersebut semakin membuatnya kesal. Saat tidak sengaja melewati semak tersebut dia mendengar pikiran jahat, salah satu orang disana dan tidak mau tetap diam saja.
   “dasar manungsa...hisshhh” gerutunya kencang saat melihat sepasang kekasih mulai memadu cinta di semak-semak taman. Apa yang sedang mereka lakukan tidak perlu kita deskripsikan disini karena pastinya anda sudah bisa menerka apa yang sedang terjadi. Kultana terhenti dan dengan seksama mendengarkan apa yang sedang mereka pikirkan.
Sang lelaki berfikir bahwa wanita yang sedang dicumbunya saat ini adalah wanita bodoh yang mau saja di ambil keperawanannya oleh lelaki yang sudah terkenal pecandu wanita. Sedangkan sang wanita yang baru mengenal indahnya dunia merasa bahagia dapat mencium lelaki yang menjadi idaman satu kampus. Oh, tuhan alangkah indahnya saat dia menciumku, aku ingin dia menjadi jodohku Tuhann...fikiran wanita lugu terdengar sangat nyaring di telinga Kultana. Kultana hanya mencibir menertawakan betapa lugu dan bodohnya wanita itu. Jika saja gadis lugu itu tau apa yang sedang difikirkan oleh lelaki itu mungkin gadis itu akan menendang si lelaki mesum itu jauh-jauh dari hadapannya dan tidak sudi untuk menerima ciuman tersebut.
Saat sang wanita tengah bahagia dengan pengharapan jika saja doanya didengar tuhan untuk menjadikan lelaki mesum itu jodohnya, sang lelaki malah sibuk memikirkan waktu yang tepat untuk mengambil keperawanan sang gadis lugu itu. Sebentar lagi, sebentar lagi , tinggal satu langkah lagi...fikiran jahat sang lelaki semakin kencang terdengar kencang membuat Kultana geram. Kultana melirik tulisan gaib yang melayang di kepala sang lelaki.
   “haiissshhh....masih lama” Gerutu Kultana saat melihat tulisan gaib yang melayang dikepala si lelaki mesum itu. Pada umumnya, setiap “Manungsa” memiliki tulisan gaib yang melayang diatas kepala mereka. Tulisan gaib tersebut akan dibawa manungsa kemanapun sampai hari akhir mereka ,walaupun mereka sendiri tidak akan mampu melihatnya ataupun menyadari hal tersebut. Apa isi tulisan gaib tersebut? Anda, benar..tulisan tersebut berisikan tanggal kematian manungsa itu sendiri dan hanya Yamadipati lah yang mampu melihat fenomena itu.
Sebentar lagi...sebentar lagi, pikiran si lelaki itu terhenti. Si lelaki mulai membuka pakainnya dan melucuti pakaian sang gadis lugu ini satu persatu. Sang gadis lugu yang sudah terlena dengan indahnya buaian cinta dan nafsu mulai menjamah tubuh indah si lelaki mesum itu. Kultana menegadah kelangit memandangi matahari musim panas yang masih terik.
   “aishh, manungsa pendosa seperti ini yang akan memenuhi nerakaku sebentar lagi” gerutu Kultana yang sudah tidak tahan lagi dengan lelaki mesum itu. “Masa bodoh dengan kontrak kehidupannya masih lama atau tidak ... manungsa seperti ini akan menjadi santapan lezat untuk para Kingkara  “ lanjutnya lagi
Dengan langkah sigap Kultana mendekati lelaki yang makin gencar saja untuk mengambil keperawanan sang gadis malang itu. Kultana yang tadinya sedang mengenakan setelan kaus tanpa lengan dan celana panjang layaknya manungsa kini berubah menjadi jubah hitam khasnya seiring langkah kakinya menuju mangsanya tersebut.
   “dengan atapun tanpa izinmu wahai penguasa langit dan dunia bawah. Ku persembahkan jiwa pendosa ini untuk hidangan Kingkara di nerakamu yang agung” ujar Kultana dengan penuh kemarahan dan menancapkan telapak tangan kirinya ke kening lelaki mesum itu. Sontak saja lelaki mesum itu langsung mengerang kesakitan. Ditengah saat kritisnya, Kultana merubah dirinya menjadi jīva berjubah hitam tanpa wajah dan menanyakan sesuatu.
   “apa kau takut kematian? “ Tanya Kultana dengan nada suara yang tinggi dan menakutkan. Sosok berjubah hitam tanpa wajah itu mengeluarkan suara yang mampu menggetarkan gendang telinganya. Si lelaki mesum itu hanya menggelepar kesakitan tidak mampu menjawab apapun. Yang Kultana tahu , si lelaki mesum itu hanya ketakutan melihat wujudnya sebagai jīva berjubah hitam itu. Kultana hanya tersenyum sinis dan menerjangkan tubuhnya melewati tubuh si lelaki mesum itu. Pada akhirnya si lelaki mesum itu menemui ajalnya.
Sang gadis lugu menjerit ketakutan saat melihat jasad orang dikasihinya terkapar tak berdaya disampingnya. Jeritan sang gadis lugu menarik perhatian publik. Semua orang berkerumun mencari tempat suara jeritan ketakutan berasal. Tak lama kemudian, jasad si lelaki mesum dan sang gadis lugu menjadi sorotan. Semua orang yang ada di taman itu melihat miris dengan nasip si lelaki mesum yang telah ditentukan oleh Kultana. Mati saat sedang ingin mengambil keperawanan seseorang bukanlah cara mati yang baik bagi sebagian pemikiran orang orang ditaman itu. Terlebih melihat jasad si lelaki mesum yang kering dengan mulut ternganga membuat para penonton makin yakin ada yang tidak beres dengan kematian si lelaki mesum itu dan mulai menjadi buah bibir di taman pada siang itu. Saat semua mata tertuju pada Jasd lelaki mesum tersebut, di tempat yang sama dan waktu yang sama. Si lelaki mesum sedang menangisi keadaan jasadnya yang begitu menyedihkan.
   “ Alexander...apakah kau sudah siap menerima takdirmu” tanya Kultana sambil membaca baca lembaran laporan dosa dosa yang sudah dibuat oleh lelaki mesum itu.  Alexander, nama si lelaki mesum itu—hanya bisa menangis seperti bayi saat mengetahui dirinya harus mati dengan cara yang memalukan seperti itu. “any complain?” tanya Kultana lagi.
   “KENAPA..KENAPA..AKU HARUS MATI SEKARANGGG...KONTRAK...KONTRAK KEHIDUPANKU..MASIH ...MASIH..” Tanya Alexander histeris dan menaikan nada suaranya berharap seseorang mendengarnya di taman itu. Namun, apa yang diharapkannya sia-sia walaupun dia sedang histeris disamping jasadnya sendiri, tidak ada yang tahu bahwa orang yang sedang mereka tonton jīvanya masih ada disekitar mereka. Kultana hanya tersenyum dengan sinis. Kultana menjentikan jarinya, suasana ramai taman yang tadinya hirup pikuk berubah menjadi ruangan hampa dan gelap hanya ada satu cahaya yang dihasilkan dari pintu bercahaya di depan mereka.
   “selamat datang di yama...”
Dengan senang hati Kultana memperkenalkan kehidupannya kepada Alexander. Yama adalah dunia dimana menjadi perbatasan antara dunia jīva dan manungsa. Disini para orang yang sudah mencapai waktunya akan ditentukan untuk memasuki pintu yang sesuai dengan Book of Sins mereka dan dunia ini adalah dunia yang paling ditakuti oleh semua umat yang pernah hidup di bumi, mereka sangat menginginkan khayangan tapi coba lihat apa yang terjadi, mereka para manungsa mulai saling membunuh dan saling menjatuhkan sehingga mengurangi amalan mereka untuk menuju pintu khayangan.
Yama adalah dunia antah berantah ciptaan tuhan untuk para Yamadipati gunakan. Dunia ini hitam dan gelap yang ada hanya kehampaan. Hanya Yamadipati yang berkuasa penuh untuk mengatur dunia ini seperti apa. Untuk kasus Alexander, dirinya di tunjukan sebuah dunia yang gelap dan dingin yang ada hanya sebuah pintu bercahaya Api dan Kultana dengan senang hati membukakan pintu bercahaya api itu untuk Alexander. Pintu itu dipenuhi dengan lolongan jiwa jiwa pendosa dan meminta si lelaki mesum itu masuk. Dari dalam pintu tersebut, keluarlah sepasang sosok raksasa dengan pakaian hitam yang sudah kekecilan dan tangan mereka terantai satu sama lain. Rantai tersebut mulai dimainkan oleh salah satu raksasa tersebut dan mereka tertawa kencang dengan seramnya melihat wajah si lelaki mesum yang sedang ketakutan setengah mati menghadapi penghakiman.
   “hai, Amon..hai, Gian..” sapa Kultana ramah kepada Kingkara kembar itu.
   “kenapa kau memanggil kami kemari, kami sedang asyik mempermainkan nasip para pezinah di alam bawah sana” jawab Amon, Kingkara dengan mata satu. Bagi dirinya menyiksa manungsa pezinah adalah rutinitas yang paling dia gemari. Hampir sama dengan Kultana, Amon paling sebal melihat lelaki yang selalu mempermainkan wanita lugu dan seenaknya mengambil keperawanan mereka dengan mudahnya.
   “aku..aku..ingin mainan baru..” jawab Gian. Kingkara yang bodoh. Giant adalah Kingkara berbadan paling besar di dunia bawah namun memiliki otak paling kecil diantara semua makhluk Kingkara disana. Gian menghabiskan 80 persen waktunya hanya untuk bermain main. Dan mainannya adalah para pendosa di dunia bawah. baginya para pendosa adalah action figure yang bisa dimainkannya dimana saja. Seperti kali ini, Gian membawa salah seorang pendosa yang diapitnya di ketiak. Di elus-elusnya kepala si pendosa tersebut layaknya sedang membelai boneka kesayangannya.
   “hei, Amon..Gian..aku punya mainan baru untuk kalian” Kultana mendorong Alexander kehadapan dua Kingkara yang menyeramkan itu. Amon mendekati wajah Alexander dan memelototinya dengan sekasama. Mata satunya tertujau pada tulisan gaib di kening jīva malang itu. Tanggal kematian Alexander masih telihat jelas dikeningnya. Sebagai informasi saja, setiap orang yang sudah mati sesuai waktunya tidak akan memiliki tulisan gaib di kening saat menjadi seorang jīva. Sehingga sangat mudah membedakan manungsa yang benar mati sesuai jadwal atapun menjadi korban keisengan para Yamadipati saja. Seperti yang terjadi pada kasus Alexander ini.
   “ hei, diakan belum waktunya mati” jawab amon ketus “ kau bermain main dengan nyAwa orang lagi? “ lanjudnya mengingat Kultana sudah sering mencabut nyawa orang yang tidak disukainya sama sekali dan tidak pandang bulu.
   “aku membencinya” jawab Kultana datar dengan tatapan sinis ke arah Alexander. Tatapan kematiannya mampu melumpuhkan Alexander sampai kedasar kalbu.
   “kau juga membenci seluruh dunia, apa semua itu juga akan kau habisi dengan cara seperti ini...suatu saat permainanmu ini akan menjadi bumerang untuk mu” Amon mulai menceramahi kenakalan Kultana yang selalu menjadikan nyawa manungsa sebagai mainannya. Namun , sebagai Yamadipati yang tidak suka diatur, Kultana hanya menggurutu kecil saat dimarahi oleh Amon.
   “kau mau menerima hadiahku apa hanya memarahiku sih” jawab Kultana sewot setengah mati. Niat baiknya memberikan mainan baru untuk Gian berantakan karena diamuk abis-abisan oleh Amon, si Kingkara penggurutu.
   “kakak..aku mau mainan baru...” potong Gian sambil merengek saat melihat sosok ketakutan Alexander yang menarik perhatiannya.
   “kau suka?” tanya Amon. Gian hanya mengangguk manja sambil meloncat loncat kegirangan. Gian tidak sabar lagi menambahkan Alexander di koleksi action figure hidupnya di dunia bawah.
   “yah, baiklah...” jawab Amon saat melihat saudara kembarnya merengek sesuatu padanya dengan sangat. “ini karena Gian yang memintanya, maka aku akan menerima pendosa ini di nerakaku” sambungnya lagi. Bagi Amon, permintaan Gian adalah sebuah keharusan baginya. Dirinya tidak menolak apapun permintaan Gian dan berusaha sebaik mungkin menjadi kakak yang baik bagi Gian.
“akhirnya!!!!!” Mendengar hal tersebut Kultana langsung tersenyum lebar.
Amon mengeluarkan palu raksasa dari dalam saku celana cantungnya. Menggambar sebuah lingkaran mantra dengan bahasa sansekerta mengitari Alexander yang sedang kebingungan dengan hukuman apa yang akan diterimanya saat ini.
   “kau siap” tanya Amon garang sambil mengambil ancang-ancang untuk mengayunkan palu raksasanya kearah Alexander. Sontak Alexander menjadi hiteris menerima takdirnya.
   “HEI..HEI..KALIAN MAU NGAPAIN GUA..HEII...TIDAKKKK..”
Jeritan Alexander terasa terlambat, setelah Amon mengetukan palu raksasa ke kepala Alexander tiba tiba saja lingkaran mantra itu berubah menjadi lubang hitam dan menarik Alexander ke dalamnya dengan cepat selayaknya pasir hisap namun lebih gelap dan mengerikan.Jika dilihat lebih dalam lubang hitam itu bukanlah sekedar lubang  biasa, di dalamnya banyak sekali tangan tangan gaib yang mencoba menggapai keluar dari lubang itu. Alexander tidak ingin tinggal diam di neraka apdahal waktunya belum sampai . Sambil mengupat dan mengutuk bahwa dia akan menuntut balas atas perlakuan Kultana padanya suatu saat nanti dan tentu saja Kultana tidak mendengarkannya karena sudah sering memakan sumpahan dan cacian dari manungsa yg diambil nyawanya. alexander akhirnya masuk ke dalam lubang tersebut bersamaan dengan hilangnya Amon dan Gian dari pandangan Kultana.
Keadaan yg semula hanya gelap dan hampa sekarang berubah ke keadaan taman yg tidak sehiruk pikuk seperti tadi. Jasad Alexander sudah dibawa ke rumah sakit untuk di autopsi dan gadis lugu yang sedang syok di bawa oleh keluarganya ke rumah. Kultana menarik nafas dalam dalam, entah mengapa masih terngiang ditelinganya kata kata terakhir Alexander sebelum diceburkan ke neraka.
        "Apa kau merasa puas" tanya suara manis dari belakang Kultana. Kultana yang kebingungan langsung mengernyitkan dahinya saat melihat sosok gadis manis berumur 10 tahun dengan boneka kelinci dipelukannya. Gadis berponi, bemata bulat merah seperi batu delima dan berpipi merah tembam dengan pakaian ala Lolita di Jepang namun di dominasi dengan warna hitam itu tersenyum lembut padanya.
        "Hai, lilith.." Sapa Kultana sedikiti tidak senang...

SIAPA LILITH??APA URUSANNYA DIA DATANG MENEMUI KULTANA? APAKAH aLEXANDER AKAN MENUNTUT BALAS? BACA SELANJUTNYA YEEE..HHHHE

No comments:

Post a Comment