Di tempat lain Kultana sedang berjalan
jalan ke tengah kota dengan setelan layaknya manungsa biasa. Kali
ini dia sedang menikmati hari liburnya menjadi Yamadipati.
jika kalian bertanya bahwa dirinya bisa dilihat orang tau tidak tentu saja
jawabannya tidak. Di dunia manungsa, Yamadipati hanyalah jīva yang gentayangan walaupun dalam kasus Kultana, dia tetap menganggap bahwa dirinya masih hidup selayaknya manungsa biasa. Bagi “manusia”—manungsa—dirinya
hanyalah udara yang biasa mereka hirup ataupun angin
semilir yang melalui wajah mereka. Selama 200 tahun dia berkeliling dunia
sebagai jīva hanya untuk memenuhi
kerinduannya sebagai manungsa.
Seperti yang dia lakukan saat ini. Saat ini dia sedang
berjalan jalan ditengah kota yang sedang ramai dengan pasangan muda-mudi sedang memadu kasih di hari valentain. Hari ini, hari kasih sayangnya para manungsa.
Hari yag cukup aneh untuk ditetapkan sebagai hari valentain. Di kota itu,
valentain dirayakan dua kali bulan februari dan bulan Juli. Untuk bulan juli,
hari kasih sayang yang dirayakan oleh mereka lebih condong kearah nafsu belaka
bukan cinta. Bagi mereka berciuman di bawah menara,ditengah teriknya bulan juli
akan menyejukan hari yang panas. Sebuah alasan yang epik untuk melakukan
kegiatan tidak senonoh.
saat ini Kultana sedang berada di suatu kota yang para manungsa sebut sebagai kota cinta. Dia berdiri ditengah lautan para pecinta yang sedang memadu kasih.
Karena seabutannya kota cinta jadi tidak heran banyak pasangan baik muda maupun tua sedang bermesraan
menikmati bangunan berkaki empat dan tinggi menjulang ke pencakar langit ini. Suatu tempat yang hampir semua orang bercumbu mesra dengan pasangan
masing masing kecuali seorang dewa kematian seperti dirinya. Tanpa rasa ragu
kaki Kultana terus melangkah dan menyusuri taman cinta tersebut dengan tatapan
lurus karena menurutnya pemandangan para pasangan pecinta yang sedang memadu
kasih adalah hal yang memuakan baginya. Kalau tidak untuk mengenang seseorang
yang menjadi “will”-nya dia tidak mungkin melangkahkan kakinya ke
kota cinta tersebut.
Bersama “will”-nya, tempat ini pernah
menjadi saksi bisu pertemuan mereka. Masih segar dalam ingatan Kultana senyuman indah
gadis itu dibawah menara. Senyuman lembut dengan bunga mawar digenggamannya terasa
sangat manis untuknya. Kultana masih ingat bagaimana angin menghembuskan rambut
hitam indah gadis itu. Kenangan itulah yang ingin dikejar oleh Kultana
selama ini. Sambil mengenang saat dia bertemu dengan “will”-nya, Kultana
melangkahkan kaki panjangnya kesebuah kafe di pinggir jalan kecil tempat dia dan “will”-nya berkencan untuk pertama kali.
“Jossete...” gumamnya manis saat memori menampilkan sosok manis Jossete,
sosok yang dia idamkan untuk bertemu setelah hampir 200 tahun ini. Bayangan
Jossete seperti sedang memanggilnya sama seperti pertama kali pertemuan kencan mereka disana. Bayangan Jossete sedang terduduk manis di salah satu kursi
dan sedang tersenyum padanya. Kultana tersenyum bahagia sekaligus pilu.
Walaupun dia tau itu hanyalah ilusi tetap saja bayangan itu
membuainya dan membuatnya ingin meraih tubuh Jossete dari kejauhan. terbuay
dengan kenangan indah bersama
Jossete, langkah kaki Kultana
semakin cepat. Dia tidak mau melewatkan kesempatan untuk menangkap bayangan Jossete
saat itu.
Namun
Langkah kakinya yang semula tak berirama terhenti pada sebuah goncangan kecil
di daerah semak-semak dan menarik
perhatiannya. Seketika saja bayangan indah tentAng Jossete buyar
dari ingatannya saat semak-semak tersebut semakin membuatnya kesal.
Saat tidak sengaja melewati semak tersebut dia mendengar pikiran jahat, salah
satu orang disana dan tidak mau tetap diam saja.
“dasar
manungsa...hisshhh” gerutunya kencang
saat melihat sepasang kekasih mulai memadu cinta di semak-semak taman. Apa yang sedang mereka lakukan tidak perlu kita deskripsikan
disini karena pastinya anda sudah bisa menerka apa yang sedang terjadi. Kultana
terhenti dan dengan seksama mendengarkan apa yang sedang mereka pikirkan.
Sang lelaki berfikir bahwa wanita yang
sedang dicumbunya saat ini adalah wanita bodoh yang mau saja di ambil
keperawanannya oleh lelaki yang sudah terkenal pecandu wanita.
Sedangkan sang wanita yang baru mengenal indahnya dunia merasa bahagia dapat
mencium lelaki yang menjadi idaman satu kampus. Oh, tuhan alangkah indahnya saat dia menciumku, aku ingin dia menjadi
jodohku Tuhann...fikiran wanita lugu terdengar sangat nyaring di telinga Kultana.
Kultana hanya mencibir menertawakan betapa lugu dan bodohnya wanita itu. Jika
saja gadis lugu itu tau apa yang sedang difikirkan oleh lelaki itu mungkin
gadis itu akan menendang si lelaki
mesum itu jauh-jauh dari hadapannya dan tidak sudi untuk menerima ciuman tersebut.
Saat sang wanita tengah bahagia dengan
pengharapan jika saja doanya didengar tuhan untuk menjadikan lelaki mesum itu
jodohnya, sang lelaki malah sibuk memikirkan waktu yang tepat untuk mengambil
keperawanan sang gadis lugu itu. Sebentar
lagi, sebentar lagi , tinggal satu langkah lagi...fikiran jahat sang lelaki
semakin kencang terdengar kencang membuat Kultana geram. Kultana melirik tulisan
gaib yang melayang di kepala sang lelaki.
“haiissshhh....masih
lama” Gerutu Kultana saat melihat tulisan gaib yang melayang dikepala si lelaki
mesum itu. Pada umumnya, setiap “Manungsa”
memiliki tulisan gaib yang melayang diatas kepala mereka. Tulisan gaib tersebut
akan dibawa manungsa kemanapun sampai
hari akhir mereka ,walaupun mereka sendiri tidak akan mampu melihatnya ataupun
menyadari hal tersebut. Apa isi tulisan gaib tersebut? Anda, benar..tulisan
tersebut berisikan tanggal kematian manungsa
itu sendiri dan hanya Yamadipati lah
yang mampu melihat fenomena itu.
Sebentar
lagi...sebentar lagi,
pikiran si lelaki itu terhenti. Si lelaki mulai membuka pakainnya dan melucuti
pakaian sang gadis lugu ini satu persatu. Sang gadis lugu yang sudah terlena
dengan indahnya buaian cinta dan nafsu mulai menjamah tubuh indah si lelaki
mesum itu. Kultana menegadah kelangit memandangi matahari musim panas yang
masih terik.
“aishh,
manungsa pendosa seperti ini yang
akan memenuhi nerakaku sebentar lagi” gerutu Kultana yang sudah tidak tahan
lagi dengan lelaki mesum itu. “Masa bodoh dengan kontrak kehidupannya masih
lama atau tidak ... manungsa seperti
ini akan menjadi santapan lezat untuk para Kingkara “ lanjutnya lagi
Dengan langkah sigap Kultana mendekati
lelaki yang makin gencar saja untuk mengambil keperawanan sang
gadis malang itu. Kultana yang tadinya sedang mengenakan setelan kaus tanpa
lengan dan celana panjang layaknya
manungsa kini berubah menjadi jubah hitam khasnya seiring
langkah kakinya menuju mangsanya tersebut.
“dengan
atapun tanpa izinmu wahai penguasa langit dan dunia bawah. Ku
persembahkan jiwa pendosa ini untuk hidangan Kingkara di nerakamu yang agung” ujar Kultana dengan penuh
kemarahan dan menancapkan telapak tangan kirinya ke kening lelaki mesum itu. Sontak
saja lelaki mesum itu langsung mengerang kesakitan. Ditengah saat kritisnya, Kultana
merubah dirinya menjadi jīva berjubah
hitam tanpa wajah dan menanyakan sesuatu.
“apa
kau takut kematian? “ Tanya Kultana dengan nada suara yang tinggi dan
menakutkan. Sosok berjubah hitam tanpa wajah itu mengeluarkan suara yang mampu menggetarkan
gendang telinganya. Si lelaki
mesum itu hanya menggelepar kesakitan tidak mampu menjawab apapun. Yang Kultana
tahu , si lelaki mesum itu hanya ketakutan melihat wujudnya sebagai jīva berjubah hitam itu. Kultana hanya
tersenyum sinis dan menerjangkan tubuhnya melewati tubuh si lelaki mesum itu.
Pada akhirnya si lelaki mesum itu menemui ajalnya.
Sang gadis lugu menjerit ketakutan saat
melihat jasad orang dikasihinya terkapar tak berdaya disampingnya. Jeritan sang
gadis lugu menarik perhatian publik. Semua orang berkerumun mencari tempat
suara jeritan ketakutan berasal. Tak lama kemudian, jasad si lelaki mesum dan
sang gadis lugu menjadi sorotan. Semua orang yang ada di taman itu melihat
miris dengan nasip si lelaki mesum yang telah ditentukan oleh Kultana. Mati
saat sedang ingin mengambil keperawanan seseorang bukanlah cara mati yang baik
bagi sebagian pemikiran orang orang ditaman itu. Terlebih melihat jasad si
lelaki mesum yang kering dengan mulut ternganga membuat para penonton makin yakin
ada yang tidak beres dengan kematian si lelaki mesum itu dan mulai menjadi buah
bibir di taman pada siang itu. Saat semua mata tertuju pada Jasd
lelaki mesum tersebut, di tempat yang sama dan waktu yang sama. Si lelaki mesum
sedang menangisi keadaan jasadnya yang begitu menyedihkan.
“ Alexander...apakah
kau sudah siap menerima takdirmu” tanya Kultana sambil membaca baca lembaran
laporan dosa dosa yang sudah dibuat oleh lelaki mesum itu. Alexander, nama si lelaki mesum itu—hanya bisa
menangis seperti bayi saat mengetahui dirinya harus mati dengan cara yang
memalukan seperti itu. “any complain?” tanya Kultana lagi.
“KENAPA..KENAPA..AKU
HARUS MATI SEKARANGGG...KONTRAK...KONTRAK KEHIDUPANKU..MASIH ...MASIH..” Tanya Alexander
histeris dan menaikan nada suaranya berharap seseorang mendengarnya di taman
itu. Namun, apa yang diharapkannya sia-sia walaupun dia
sedang histeris disamping jasadnya
sendiri, tidak ada yang tahu
bahwa orang yang sedang mereka tonton jīvanya
masih ada disekitar mereka.
Kultana hanya tersenyum
dengan sinis. Kultana menjentikan jarinya, suasana ramai taman yang tadinya
hirup pikuk berubah menjadi ruangan hampa dan gelap hanya ada satu cahaya yang
dihasilkan dari pintu bercahaya di depan mereka.
“selamat
datang di yama...”
Dengan senang hati Kultana memperkenalkan
kehidupannya kepada Alexander. Yama adalah dunia dimana menjadi perbatasan antara
dunia jīva dan manungsa. Disini para orang yang sudah mencapai waktunya akan
ditentukan untuk memasuki pintu yang sesuai dengan Book of Sins mereka dan
dunia ini adalah dunia yang paling ditakuti oleh semua umat yang pernah hidup di bumi, mereka sangat menginginkan khayangan
tapi coba lihat apa yang terjadi, mereka para manungsa mulai saling membunuh dan saling menjatuhkan sehingga
mengurangi amalan mereka untuk menuju pintu khayangan.
Yama adalah dunia antah berantah ciptaan tuhan
untuk para Yamadipati gunakan. Dunia
ini hitam dan gelap yang ada hanya kehampaan. Hanya Yamadipati yang berkuasa penuh untuk mengatur dunia ini seperti
apa. Untuk kasus Alexander, dirinya di tunjukan sebuah dunia yang gelap dan
dingin yang ada hanya sebuah pintu bercahaya Api dan Kultana dengan senang hati membukakan pintu bercahaya api itu untuk Alexander. Pintu itu
dipenuhi dengan lolongan jiwa jiwa pendosa dan meminta si lelaki mesum itu masuk. Dari dalam
pintu tersebut, keluarlah sepasang sosok raksasa dengan pakaian hitam yang
sudah kekecilan dan tangan mereka terantai satu sama lain. Rantai tersebut
mulai dimainkan oleh salah satu raksasa tersebut dan mereka tertawa kencang
dengan seramnya melihat wajah si lelaki mesum yang sedang ketakutan setengah
mati menghadapi penghakiman.
“hai,
Amon..hai, Gian..” sapa Kultana ramah kepada Kingkara kembar itu.
“kenapa
kau memanggil kami kemari, kami sedang asyik mempermainkan nasip para pezinah
di alam bawah sana” jawab Amon, Kingkara
dengan mata satu. Bagi dirinya menyiksa manungsa
pezinah adalah rutinitas yang paling dia gemari. Hampir sama dengan Kultana,
Amon paling sebal melihat lelaki yang selalu mempermainkan wanita lugu dan
seenaknya mengambil keperawanan mereka dengan mudahnya.
“aku..aku..ingin
mainan baru..” jawab Gian. Kingkara
yang bodoh. Giant adalah Kingkara
berbadan paling besar di dunia bawah namun memiliki otak paling kecil diantara
semua makhluk Kingkara disana. Gian menghabiskan 80 persen waktunya hanya
untuk bermain main. Dan mainannya adalah para pendosa di dunia bawah. baginya
para pendosa adalah action figure yang bisa dimainkannya dimana saja. Seperti kali ini, Gian membawa salah seorang pendosa yang
diapitnya di ketiak. Di elus-elusnya kepala si pendosa tersebut
layaknya sedang membelai boneka kesayangannya.
“hei,
Amon..Gian..aku punya mainan baru untuk kalian” Kultana mendorong Alexander
kehadapan dua Kingkara yang
menyeramkan itu. Amon mendekati wajah Alexander dan memelototinya dengan
sekasama. Mata satunya tertujau pada tulisan gaib di kening jīva malang itu. Tanggal kematian
Alexander masih telihat jelas dikeningnya. Sebagai informasi saja, setiap orang
yang sudah mati sesuai waktunya tidak akan memiliki tulisan gaib di kening saat
menjadi seorang jīva. Sehingga sangat
mudah membedakan manungsa yang benar
mati sesuai jadwal atapun menjadi korban keisengan para Yamadipati saja. Seperti yang terjadi pada kasus Alexander ini.
“
hei, diakan belum waktunya mati” jawab amon ketus “ kau bermain main dengan nyAwa orang lagi? “ lanjudnya mengingat Kultana sudah sering mencabut nyawa
orang yang tidak disukainya sama sekali dan tidak pandang bulu.
“aku
membencinya” jawab Kultana datar dengan tatapan sinis ke arah Alexander.
Tatapan kematiannya mampu melumpuhkan Alexander sampai kedasar kalbu.
“kau
juga membenci seluruh dunia, apa semua itu juga akan kau habisi dengan cara
seperti ini...suatu saat permainanmu ini akan menjadi bumerang untuk mu” Amon
mulai menceramahi kenakalan Kultana yang selalu menjadikan nyawa manungsa sebagai mainannya. Namun ,
sebagai Yamadipati yang tidak suka
diatur, Kultana hanya menggurutu kecil saat dimarahi oleh Amon.
“kau
mau menerima hadiahku apa hanya memarahiku sih” jawab Kultana sewot setengah
mati. Niat baiknya memberikan mainan
baru untuk Gian berantakan
karena diamuk abis-abisan oleh Amon, si Kingkara penggurutu.
“kakak..aku
mau mainan baru...” potong Gian sambil merengek saat melihat sosok ketakutan
Alexander yang menarik perhatiannya.
“kau
suka?” tanya Amon. Gian hanya mengangguk manja sambil meloncat loncat
kegirangan. Gian tidak sabar lagi menambahkan Alexander di koleksi action
figure hidupnya di dunia bawah.
“yah,
baiklah...” jawab Amon saat melihat saudara kembarnya merengek sesuatu padanya
dengan sangat. “ini karena Gian yang memintanya, maka aku akan menerima pendosa
ini di nerakaku” sambungnya lagi. Bagi Amon, permintaan Gian adalah sebuah
keharusan baginya. Dirinya tidak menolak apapun permintaan Gian dan berusaha
sebaik mungkin menjadi kakak yang baik bagi Gian.
“akhirnya!!!!!” Mendengar hal tersebut Kultana
langsung tersenyum lebar.
Amon mengeluarkan palu raksasa dari dalam
saku celana cantungnya. Menggambar sebuah lingkaran mantra dengan bahasa sansekerta mengitari Alexander yang sedang kebingungan dengan
hukuman apa yang akan diterimanya saat ini.
“kau
siap” tanya Amon garang sambil mengambil ancang-ancang untuk
mengayunkan palu raksasanya kearah Alexander. Sontak Alexander menjadi hiteris
menerima takdirnya.
“HEI..HEI..KALIAN
MAU NGAPAIN GUA..HEII...TIDAKKKK..”
Jeritan Alexander terasa terlambat, setelah
Amon mengetukan palu raksasa ke kepala Alexander tiba tiba saja lingkaran
mantra itu berubah menjadi lubang hitam dan menarik Alexander ke dalamnya
dengan cepat selayaknya pasir hisap namun lebih gelap dan mengerikan.Jika
dilihat lebih dalam lubang hitam itu bukanlah sekedar lubang biasa, di dalamnya banyak sekali tangan
tangan gaib yang mencoba menggapai keluar dari lubang itu. Alexander tidak
ingin tinggal diam di neraka apdahal waktunya belum sampai . Sambil mengupat
dan mengutuk bahwa dia akan menuntut balas atas perlakuan Kultana padanya suatu
saat nanti dan tentu saja Kultana tidak mendengarkannya karena sudah sering
memakan sumpahan dan cacian dari manungsa
yg diambil nyawanya. alexander akhirnya masuk ke dalam lubang tersebut
bersamaan dengan hilangnya Amon dan Gian dari pandangan Kultana.
Keadaan yg semula hanya gelap dan hampa sekarang
berubah ke keadaan taman yg tidak sehiruk pikuk seperti tadi. Jasad Alexander
sudah dibawa ke rumah sakit untuk di autopsi dan gadis lugu yang sedang syok di
bawa oleh keluarganya ke rumah. Kultana menarik nafas dalam dalam, entah
mengapa masih terngiang ditelinganya kata kata terakhir Alexander sebelum
diceburkan ke neraka.
"Apa kau merasa puas" tanya suara manis dari belakang Kultana.
Kultana yang kebingungan langsung mengernyitkan dahinya saat melihat sosok
gadis manis berumur 10 tahun dengan boneka kelinci dipelukannya. Gadis berponi,
bemata bulat merah seperi batu delima dan berpipi merah tembam dengan pakaian
ala Lolita di Jepang namun di dominasi dengan warna hitam itu tersenyum lembut
padanya.
"Hai, lilith.." Sapa Kultana
sedikiti tidak senang...SIAPA LILITH??APA URUSANNYA DIA DATANG MENEMUI KULTANA? APAKAH aLEXANDER AKAN MENUNTUT BALAS? BACA SELANJUTNYA YEEE..HHHHE
No comments:
Post a Comment